Ihsan = Baik.
'amal = Perbuatan.
Jadi, Ihsanul 'amal dapat didefinisikan sebagai 'amal yang baik.
ada 2 kasus,
1. seorang ibu rumah tangga yang kaya raya dan memiliki anak 4. suatu ketika sang suami sakit, kian hari sakitnya kian parah sehingga membutuhkan banyak biaya, hingga akhirnya si ayah meninggal dan keluarga ibu itu mengalami kebangkrutan. untuk memenuhi kebutuhannya si ibu itu putar otak, bagaimana caranya agar kebutuhan ke 4 anaknya dan dirinya terpenuhi, secara dia tidak punya skiill apapun. karena ketika kaya ibu itu sering mani pedi shingga dalam usianya yang sekarangpun ia masih terkihat muda, inilah satu satunya aset yang ia miliki sehingga ia memilih menjual kehormatannya.
2. ada seorang anak yang kaya ingin berkurban disekolahnya, tapi ia meminta agar namanya diumumkan di depan umum.
pertanyaannya : Amalan manakah yang sudah benar?
jawaban : tidak ada amalan yang BENAR. nahlo.... kok bisa, jelas.. untuk kasusu no 1, meskipun niat si ibu itu baek ingin memenuhi kebutuhan anaknya tapi cara yang ditempuh itu jelas salah, dan untuk kasus no 2, cara yang ditempuh si anak tadi udah benar tapi niatnya salah,
SO seperti apakah amalan yang baik itu,,, ???? Agar amalan yang kita lakukan bernilai kebaikan harus memenuhi 2 Syarat yaitu NIAT n CARA yang BENAR tentunya sesuai dengan syari'at. jika salah satu syarat itu belom terpenuhi maka belum bisa dikatakan amalan yang baik,
Kenapa harus pake niat, ??? dalam sebuah Hadist dijelaskan bahwa : "Innamal'akmalu binniyat" __ "Segala sesuatu ('amalan) tergantung niatnya" (HR. Muslim).
NIat disini tentunya karena mengharap Ridlo Allah bukan yang lain.
CAra yang ditempuhpun harus sesuai dengan syari'at, sesuai dengan hadist dari imam Muslim yaitu :
"Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak di atas perintah kami maka amalannya itu tertolak"
lalu sekarang pertanyaannya adalah bagaimana agar cara yang kita lakukan itu sudah benar yaitu sesuai syari'at, tentunya dengan mencari ilmu, ingat mencari ilmu agama itu fardu 'ain hukumnya, disamping juga mencari ilmu yang fardu kifayah : seperti matematika, biologi, kimia, dll,
inilah kaitan antara ihsanul 'amal dengan tolabul 'ilmi, jika seseorang ingin amal perbuatannya baik (sesuai dengan syara') maka ia juga harus mencari ilmunya dulu, sehingga amalan yang ia lakukan tidak sia-sia.
misalnya gini Si A rajin sekali meakukan sholat sunat setelah subuh, Apakah Rosulullah mengajarkan sholat sunat setelah subuh,??TIDAK bukan, So amalan tapi hanya kesia-siaan saja, sudah keluar tenaga tapi g dapat apa apa...?? tentunga kita ga mau.....
ada satu kisah, tentang seorang penenun kain, Dhahak ad Damiri. Untuk membiayai dakwahnya dia ingin mencari pendapatan sendiri. Sehingga beliau menenun kain dengan hati-hati dan cermat agar kainnya bagus dan yang tinggi. Maka dia pun membuatnya dengan penuh ketelitian.
Sesudah jadi kain tenunan yang beliau buat. dia pun bergegas pergi ke pasar kain yang ternama di kotanya. pasar tersebut terkenal dengan barang-barang yang sangat bermutu.dengan harapan kainnya dapat dibeli dengan harga yang tinggi. Kerana menurut beliau, kain yang telah dibuatnya dengan penuh hati-hatinya itu pasti harganya mahal. Seperti kain-kain yang biasa dijual di tempat tersebut.
"Saya ingin jual kain saya ini dengan harga 25 dirham",
"Cuba saya lihat terlebih dahulu kain buatan anda", jawab pemilik pasar
Setelah dicermati dengan saksama dan agak lama, pemiliki toko itu kemudian menetapkan harganya.
"Yah, saya cuma boleh beri harga untuk kain anda sebanyak 5 dirham saja", kata pemilik toko
Mendengar kalimat itu Dhahak Ad Damiri menitiskan air mata. Beliau menangis. Pemilik toko pun lantas melanjutkan pernyataannya lagi untuk menenangkannya.
"Kalau begitu saya naikkan 7 dirham, janganlah anda menangis . Itu harga yang amat pantas bagi kain buatanmu setelah saya amati",kata pemilik toko
Sang syaikh masih tetap menangis dengan deraian air matanya yang tak kering-kering.
"Sudahlah jangan menangis lagi, saya hanya berani membeli kain anda dengan harga 8 dirham. Tidak boleh dah lagi dinaikkan harga tersebut. Bila anda ingin menerima harga itu saya akan membelinya. Bila anda tidak bersedia dengan harga tersebut,silakan anda ambil kain nie kembali",
Dhahak Ad Damiri pun menjelaskan, "Saya menangis bukan kerana harga kain yang kau tetapkan 8 dirham itu. Akan tetapi yang membuat saya menangis adalah saya sudah membuat kain itu dengan sangat teliti dan cermat. Dan saya melihat tidak ada pun kekurangan dan cacat dari kain itu. Akan tetapi ketika di hadapan engkau orang yang mahir tentang kain ini,ternyata kain saya engkau hargakan dengan nilai tertingginya hanya 8 dirham. Padahal harga yang saya tawarkan 25 dirham".
"Lalu saya melihat pada amal ibadah yang telah saya lakukan. Saya merasa telah banyak amal ibadah saya namun bila dinilai oleh Allah SWT,mungkin ibadah yang telah saya lakukan masih banyak kekurangannya. Mungkin juga nilai ibadah saya diberi harga yang rendah",lanjutnya
Rupanya Dhahak Ad Damiri menangisi amal ibadahnya. Dia merasa telah banyak amalnya akan tetapi ketika dihadapan Allah SWT,mungkin ibadahnya tidak ada nilai yang bererti. Dia sedang mengevaluasi dirinya yang merasa lebih,ternyata dia merasakan kekurangan ibadahnya setelah mendengar harga kain tenun yang dia buat.
Kadang kita merasakan hal yang sama sehingga kita menganggap bahwa amal kita cukup bagi diri kita. Akan tetapi rupanya amal kita belum apa-apa. Di sinilah pentingnya kita senantiasa mengevaluasi diri. Sudahkan amalan yang kita lakukan semata-mata hanya karena Allah dan sesuai dengan hukum syara'.
terima kasih kak, tulisannya menginspirasi.. jadi bisa evaluasi diri nih, selama ini udah bener gak ya amalan2 yang aku lakukan? hmm
ReplyDelete